Behel untuk gaya justru jadi bahaya
TEMPO.CO, Jakarta
- Maunya gaya-gayaan, tapi justru bikin bahaya. Itulah gambaran buat
orang yang punya gigi teratur, tapi mau tampil trendi dengan mamasang
kawat gigi. Bukannya bikin penampilan makin oke, justru bikin gigi makin
rusak. Ternyata perawatan pemakaian kawat gigi tidak sesederhana yang
dibayangkan banyak orang.
"Banyak sekali yang bisa membawa dampak kesehatan pada gigi," kata dokter gigi Irwin Lesmono dalam talk show tentang kawat gigi, Selasa, 23 Oktober 2012, di Kedai Tempo, Utan Kayu, Jakarta.
Menurut
Irwin, pemasangan kawat gigi alias behel akan membuat sisa-sisa makanan
rentan menempel pada gigi. Itulah sebabnya membersihkan gigi seusai
makan bagi orang yang memakai kawat gigi harus kerap dilakukan. Bila
tidak, sisa makanan yang menempel akan membuat gigi jadi berlubang,
berwarna kuning, serta rusak.
Irwin menerangkan, perawatan
pemasangan kawat gigi juga membutuhkan waktu yang lama. Dalam kasus yang
normal, kontrol ke dokter biasanya dilakukan setiap tiga sampai empat
pekan selama dua tahun. Situasi inilah yang membuat orang dengan
motivasi gaya-gayaan tidak sabar melakukannya. "Kalau orang hanya mau
gaya-gayaan, biasanya cuma sebentar. Baru tiga bulan pakai pakai dia
bosan minta dicopot," kata Irwin yang kini tengah menempuh spesialis
orthodenti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Bahkan, saking inginnya tampil kece,
kawat dipasang begitu saja tanpa menggeser gigi. "Itu memang tidak
membahayakan, sekedar kawat melintang. Tapi pemasangan kawat seperti itu
harus diperhatikan jangan sampai merusak gigi atau gusi di sekitar
pemasangannya. Karena saya lihat itu ada kawatnya yang tajam," kata
Irwin.
Pemakai kawat gigi akan merasakan sakit, terutama untuk
pasien dengan kasus gigi rusak. "Pada bulan-bulan awal pemasangan behel,
gigi terasa sakit banget, gusi berdarah, pipi bagian dalam juga
bengkak-bengkak dan sariawan karena gesekan dengan kawat," kata Dessy
Rosalina, 27 tahun. Dia sempat kesulitan makan karena sakit.
Dessy
mengatakan dirinya memakai kawat gigi sejak dua tahun lalu. Ini
dilakukan karena dia mempunyai gigi yang berantakan dan renggang. Dia
jadi tidak pede dengan penampilannya. Sejak menggunakan behel, masalah
kebersihan gigi menjadi krusial bagi Dessy. Sebab itulah, kemana pun
pergi dia senantiasa membawa sikat gigi kecil atau tusuk gigi serta
cermin kecil.
Perawatan orthodenti (kawat gigi) sebenarnya tidak
main-main. Selain karena perawatannya jangka panjang, efeknya juga
signifikan. Dalam perawatannya, bisa saja pasien harus melakukan
tindakan cabut gigi atau gigi digerakkan sedemikian rupa. Oleh sebab
itu, sebelum pemasangan behel, dokter biasanya meminta surat persetujuan
tindakan medik pada pasien. Dokter pun harus menjelaskan
selengkap-lengkapnya serta rencana perawatannya seperti apa. Jadi,
pasien sudah benar-benar mengerti risikonya sebelum kawat gigi dipasang.
Irwin mewanti-wanti, tidak semua merapikan gigi dilakukan dengan cara
pemasangan behel. Ada cara lain seperti dengan alat lepasan, bedah
mulut, atau menggunakan face mask yang gunanya untuk merangsang
pertumbuhan rahang atas supaya mengimbangi rahang bawah. "Banyak orang
salah kaprah mengira merapikan gigi hanya bisa diselesaikan dengan
behel. Padahal, banyak cara lain, tidak harus selalu dengan kawat gigi,"
Irwin menegaskan.
AMIRULLAH
http://www.tempo.co/read/news/2012/10/29/110438268
No comments:
Post a Comment