BAHASA
DAN KOMUNIKASI DALAM
PELESTARIAN BUDAYA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Bahasa
telah ada sejak zaman kuno. Manusia zaman dahulu telah menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi, walaupun mereka belum mengenal
tulisan. Semua manusia normal pasti dapat berbicara, terutama manusia
yang berbudaya, dan di berbagai masyarakat. Dalam berbagai kegiatan
mereka tidak lepas dari menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Bahasa
dan sistemnya adalah salah satu dari unsure sebuah kebudayaan. Tanpa
bahasa suatu kebudayaan terasa kurang lengkap dan tidak sempurna.
Bahasa dapat digunakan sebagai identitas suatu bangsa dan budayanya.
Misalnya, negara Indonesia berbahasa Indonesia, dan Suku Jawa
berbahasa Jawa.
Bahasa
juga sebagai pendorong perkembangan suatu kebudayaan. Jika suatu
bahasa itu hilang atau lenyap, maka budaya itupun juga dianggap
hilang. Karena bahasa adalah unsur terpenting suatu budaya, maka
manusia sebagai makhluk berbudaya harus mempelajari, mengembangkan,
menjaga, dan melestarikan bahasa tersebut.
1.2
Permasalahan
1.
apa hakikat bahasa?
2.
macam study ilmiah modernt tentang bahasa?
3.
hubungan bahasa dalam kerangka kebudayaan?
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
HAKIKAT BAHASA
Bahasa
adalah suatu sistem bunyi,yang kalau digabungkan menurut aturan
tertentu menimbulkan arti, yang dapat ditangkap oleh semua orang yang
berbicara dalam bahasa itu. Meskipun manusia pertama-tama bersandar
pada bahasa untuk saling berkomunikasi satu sama lain, tetapi bahasa
bukanlah satu-satunya sarana komunikasi. Sarana-sarana lain ialah
para bahasa (para language), yaitu sistem bunyi yang menyertai
bahasa, dan kinesika (kinesics), yaitu sistem gerakan tubuh yang
digunakan untuk menyampaikan pesan (message). (William A. Haviland,
Antropologi jilid I).
Bahasa
adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan suara yang
dihubungkan satu sama lain menurut seperangkat aturan, sehingga
mempunyai arti. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia
untuk berbagi informasi dan pengalaman. Bahasa juga dapat digunakan
oleh manusia untuk menyatakan keprihatinan, kepercayaan, dan
pengertian terhadap sesuatu atau kepada orang lain. Sebagian menusia
menganggap bahwa bahasa adalah sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
Pada
dasarnya, bahasa adalah sistem yang teratur yang ditemukan,
dikembangkan dan dilestarikan oleh manusia. Bahasa dapat diteliti
oleh manusia dengan metode-metode penelitian atau studi ilmiah
tentang bahasa.
2.2
MACAM STUDI ILMIAH MODERN TENTANG BAHASA
Linguistik
adalah studi ilmiah modern tentang bahasa, sudah dimulai sejak awal
abad ketujuh belas, yakni abad penjelajahan dan penemuan dengan
mengumpulkan fakta, mengumpulkan bunyi, kata-kata, dan kalmat-kalimat
dari sebanyak mungkin bahasa yang berbeda, terutama yang dijumpai di
negara-negara eksotis, oleh para penjelajah Eropa, para penjajah, dan
misionaris.
Linguistik
dapat disebut juga sebagai studi ilmiah modern tentang semua aspek
bahasa. Fonologi adalah metode untuk menganalisis dan memaparkan
sebuah bahasa baru, menggunakan diinventarisasi dari semua bunyi dan
menciptakan cara yang tepat untuk menuliskannya. Fonologi merupakan
studi tentang pola bunyi bahasa.
Dapat
didimpulkan bahwa fonologi adalah studi atau metode untuk meneliti
dan menganalisis bahasa baru atau bahasa asing, dengan mempelajarinya
agar dapat memaparkan dan menuliskannya dengan benar. Sedangkan
morfologi adalah studi proses membuat dan mempelajari suatu
inventaris bunyi. Dapat dikatakan morfologi adalah studi untuk
mempelajari suatu unit bahasa terkecil dan mempunyai makna.
Linguistik,
fonologi, dan morfologi adalah beberapa studi ilmiah modern tentang
bahasa yang dapat digunakan oleh manusia untuk mempelajari dan
maneliti bahasa. Etnolinguistik adalah cabang linguistik yang
menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau
masyarakat yang belum memiliki tulisan. Semantik adalah ilmu yang
mempelajari makna dari bahasa. Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari
makna bahasa manurut perspektif mitra tutur. Sintaksis adalah studi
tentang penggabungan kata.
2.3
HUBUNGAN BAHASA DALAM KERANGKA KEBUDAYAAN
Bahasa
digunakan oleh manusia yang menjadi anggota masyarakat tertentu, yang
masing-masing memiliki kebudayaan yang khas. Variable-variabel sosial
seperti kelas dan status sosial orang yang berbicara juga
mempengaruhi caranga menggunakan bahasa. Misalnya, pada suku Jawa di
Yogyakarta, kelas dan status sosial mempengaruhi cara penggunaan
bahasa. Anak kecil jika berbicara dengan orang dewasa atau kepada
orang tua harus menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil sebagai symbol
untuk menghormati mereka. Orang tua dan dewasa saat berbicara dengan
anak kecil atau dibawah umur, mereka menggunakan bahasa Jawa Ngoko.
Seorang kakek nenek atau orang tua saat berbicara dengan seorang
raja, presiden, atau orang yang memiliki tahta kedudukan yang tinggi
mereka menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil.
Bahasa
bukan sekedar cara member kode untuk proses menyuarakan gagasan dan
kebutuhan kita, tetapi lebih merupakan suatu pengaruh pembentuk, yang
dengan mneyediakan galur-galur ungkapan yang mapan, yang menyebabkan
orang melihat dunia dengan cara-cara tertentu mengarahkan pikiran dan
perilaku manusia.
Cara
seseorang menggunakan bahasa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kebudayaan orang tersebut. Orang Jawa dalam berbicara berbeda dengan
Orang Batak. Orang Indonesia dalam berbicara berbeda dengan Orang
Arab. Bahasa dapat digunakan sebagai identitas, kepribadian, atau
karakter yang berbeda dari satu kebudayaan dengan kebudayaan yang
lain.
Sebuah
bahasa mempengaruhi sebuah kebudayaan. Bahasa adalah identitas sebuah
kebudayaan. Jika bahasa itu hilang atau tidak digunakan lagi oleh
suatu penduduk di suatu daerah maka budayanya dianggap hilang juga.
Misalnya, suatu penduduk yang biasanya menggunakan bahasa Jawa dalam
hidup kesehariannya, tetapi karena mereka pindah kesuatu tempat dan
lama-lama mereka melupakan bahasa Jawa, maka budaya Jawa akan
dianggap telah lenyap atau dilupakan.
Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Bahasa berasal dari
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat, berarti bahasa adalah salah
satu dari kebudayaan. Tanpa sebuah bahasa sesuatu itu tidak dapat
disebut kebudayaan. Tanpa bahasa sebuah kebudayaan tidak dapat
diidentifikasi atau tidak dapat dikenal. Dapat diambil kesimpulan
bahwa bahasa atau kebudayaan saling berrhubungan dan berkaitan atau
saling melengkapi satu sama lain.
Karena
bahasa atau sistem bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan dan
saling melengkapi satu sama lain, maka bahasa dapat digunakan untuk
melestarikan sebuah kebudayaan. Dalam melestarikan sebuah kebudayaan
dapat dilakukan dengan cara membiasakan diri dalam berbahasa dan
mewujudkan rasa cinta kepada bahasa. Jika kita ingin melestarikan
kabudayaan Jawa, maka kita harus membiasakan diri berbahasa Jawa.
Jika kita ingin mempelajari budaya Arab, maka kita harus belajar
bahasa Arab. Jika kita ingin mempersatukan nusa dan bangsa, maka
bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional harus dikembangkan.
BAB
III
3.1
KESIMPULAN
Bahasa
adalah suatu alat yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi,
berbagi informasi, yang memiliki arti, makna, maksud, dan tujuannya.
Bahasa adalah sebagai simbol identitas suatu kebudayaan. Beragam
bahasa yang ada di dunia ini, beragam bahasa yang tersebar diseluruh
penjuru dunia, beragam pula kabudayaan-kebudayaan yang ada di seluruh
dunia ini. Dengan mempelajari sebuah bahasa, kita dapat melestarikan
sebuah kebudayaan dan mengenal sebuah kebudayaan. Dengan mempelajari
berbagai bahasa dan kebudayaan kita dapat mengenal beragam macam
bahasa dan budaya untuk saling kenal mengenal satu sama lain.
3.3
SARAN
Demikian lah makalah
ini dibuat,semoga mendapatkan banyak pengetahuan dan menambah wawasan
bagi pembaca. Selanjutnya, penulis juga mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Haviland,
H.W. 1985. Antropologi.(alih
bahasa R.G.Soekadijo). Jakarta: Erlangga
Koentjaraningrat.
1984. Kebudayaan
Jawa.
Jakarta: Balai Pustaka
Pursen,
Van. 1988. Strategi
Kebudayaan.
Yogyakarta: Kanisius
No comments:
Post a Comment